Karena tulisanya dadakan. Maka saya himbau untuk menyiapkan keresek untuk keperluan muntah-memuntah. Obat mata jika mata mulai sakit. Wajan besar untuk nimpuk laptop/monitor jika kecewa dan sebel. Dan jangan lupa siapkan kata-kata kritikan yang mengandung anti efek CTM.
“Pak, depan SMPN 20!”
Supir angkot itu diam saja dan kendaraan yang dikendalikanya itu mulai bergerak menepi bersamaan dengan lampu sein kiri menyala berkedip.
“SMPN 20!” teriak pak sopir ketika angkot berhenti tepat di sebelah kiri gerbang SMPN 20.
“Makasih ya, Pak” sambil menyodorkan uang.
Terlihat gapura sekolah di sebrang jalan yang bertuliskan SMK Semar 01. Aku segera menyebrang jalan dengan cepat setelah melihat jalan sepi dari lalu-lalang kendaraan, tak sabar aku ingin melihat calon sekolahku. Rata-rata bangunan sekolah selalu berbentuk seperti huruf U, jadi semua ruangan dapat melihat pintu gerbang. Tapi bentuk bangunan SMK Semar 01 ini lebih seperti persegi. Lebih tepatnya seperti bangunan lembaga pemasyarakatan. Dan di tengahnnya ada bangunan induk dan lapangan sekolah yang luas. Jadi setelah masuk pintu gerbang utama, masih harus melalui pintu gerbang gedung sekolah lagi untuk melihat lapangan sekolah dan gedung induk.
Kata ayah ruang staf tata usaha berada di gedung induk. Aku segera menuju gedung induk dengan langkah cepat. Kebetulan sekali pintu gedung induk terbuka lebar sejak aku datang, sehingga terliahat pelakat ruangan sataf tata usaha dari luar pintu gedung induk.
Saat aku berbelok ke ruangan tata usaha, langsung disambut oleh anak PSG yang ramah. Memberi senyum dan ucapan selamat datang yang membuatku membalas senyumnya, sambil memberiku nomor antrian. Aku diprintahkan untuk menunggu di bangku antrian. Aku lihat nomor antrianku bertuliskan P89. Tidak lama kemudian terdengar suara panggilah “Nomor antrian P19 silahkan menuju meja 3.”
Waw, masih P19! Lama banget. Batinku.
Tak lama kemudian terdengar suara panggilan lagi “Nomor antrian P20 silahkan menuju meja 2”
Hem..., sepertinya gak lama. Kan cuma mengembalikan formulir dan bayar uang seragam, trus dapat seragam deh. Batinku menghibur diri.
Dan ternyata dugaanku salah. Lama juga menunggu antrianya. Sampai aku menguap berkali-kali karena bosan. Bangku antrian di sebelah kiriku yang tadinya kosong sampai hampir penuh, karena bertambahnya pendaftar yang datang kesiangan.
Ternyata banyak juga orang tua yang mendaftarkan anaknya di SMK Semar 01 ini, tapi apa yang unggul dari sekolah ini? Batinku sambil menengok kanan dan kiri memperhatikan orang-orang sekitar.
Ketika aku menengok kearah kanan, seperti ada dua orang yang sedang memperhatikanku di bangku antrian. Aku pandangi dengan meniti-niti. Ternyata Sandi teman SMPku dan seorang gadis manis yang berada di sebelahnya. Sandi senyum sambil melambaikan tangannya kepadaku. Aku balas dengan senyum dan melambaikan tangan setinggi dada. Kemudian Sandi mengangkat HPnya setinggi dadanya dan menghadapkan HPnya kepadaku sambil menggoyang-goyangkan HPnya. Itu adalah kode yang artinya Sandi mengajak aku SMSan. Aku hanya menganggukkan kepala dan tetap memandangnya. Mungkin karena dia takut kehilangan tempat duduknya, sehingga dia mengajakku mengobrol lewat SMS. Tak lama kemudian HPku bergetar.
Kamu daftar di Semar juga? S
Nah, ini SMS Sandi.
Iya, ayahku yang daftarin. A
Balasku
Kita satu sekolah lagi, aku sampai bosan ketemu kamu terus! S
Apa lagi aku! Eh, kamu mau ambil formulir atau mau balikin formulir? A
Balikin formulir dong! Kamu? S
Aku juga balikin formulir. Emm, boleh nggak aku nyontek formulir kamu? A
Ini bukan UNAS! Ngapain pakai nyontek segala? S
Sandi terlihat cengengesan sambil melihat ke arahku.
Aku serius nih! A
Aku memandang Sandi sambil mengernyitkan dahi sebagai tanda sedang serius.
Santai aja kali! Lagipula, jawabanmu gak menentukan apa-apa! S
“Nomor antrian P85 silahkan menuju meja 1” suara panggilan antrian saat aku akan membalas SMS dari Sandi.
Ya, semoga aja sama orangnya cuma diterima dan tidak diperiksa. A
“Nomor antrian P86 silahkan menuju meja 2”
Diperiksa juga gak apa-apa, diperiksanya paling cuma dilihat-lihat aja. Gak bakalan dibaca semua. S
Masalahnya, aku cuma mengisi formulirnya aja dan lembaran yang lainnya kosong. A
Kok bisah sih! Setelah lulus SMP kamu lebih bandel daripada aku. Untung aku ajak SMSan tadi, jadi aku bisa beri solusi kan! S
“Nomor antrian P87 silahkan menuju meja 3”
Apa solusinya? Please agak cepet balesnya ya! A
Isi aja semua pertanyaan dengan asal, nyantai aja. punyaku juga aku isi sambil merem. S
Somplak, muke gile idemu! Gak mungkin lah, no antrian sudah P87 sedangkan antrianku P89. A
“Nomor antrian P88 silahkan menuju meja 2”
Hehe, coba cara pengalihan aja, setiap staf TU itu gampang teralihkan dengan uang. S
Maksut kamu? Nyogok? A
Bukan! Jadi, ketika kamu nyerahin stopmap yang berisi formulir dan berkas-berkas. Langsung aja alihkan pembicaraan ke masalah bayar uang seragam, pasti orangnya akan teralihkan. Apalagi kalau kamu sudah ngeluarin uang, pasti orangnya fokusnya ke uang kamu. S
Aku menoleh ke arah Sandi yang sedang memijit-mijit HPnya, sedangkan aku sudah malas membalasnya karena sebentar lagi adalah nomor antrianku yang akan dipanggil.
Kalau sudah nyerahin uangnya, segera minta bukti pembayaran dan minta seragamnya. Minta secara bertubi-tubi seperti terburu-buru, pasti orangnya terpengaruh menjadi tergopoh-gopoh dan masalah formulirmu akan teralihkan. Kalau sudah dapat seragam segera pamit kabur. S
Oke, aku coba A
“Nomor antrian P89 silahkan menuju meja 1”
Aku berdiri menuju meja 1 sambil menoleh ke arah Sandi. Sandi mengacungkan jempolnya kepadaku dan menaikkan alisnya pertanda trust me.
Kalau dipikir-pikir triknya Sandi sangat masuk akal sekali. Sebaiknya aku coba saja. Batinku memantapkan niat.
Pada titik ini saya harus berdiri dari tempat duduk. Karena saya sudah betul-betul tidak kuat dengan uji nyali yang satu ini. Dan seterusnya sampai istirahat Sholat duhur saya tetap berdiri. Karena kantuk saya semakin menjadi-jadi. Itulah alasan tulisan ini saya beri judul "BELAJAR FISIK" ^_^
(Dunia~L U C K Y | Selasa, 10 juni 2014, 22:56)
0 comments:
Posting Komentar