Selasa, 25 Agustus 2015

Cukur Rambut

Remembrance jum’at pagi, 22 Mei 2015
Rambut saya waktu itu sudah sangat panjang sekali. Sekitar pukul 10:23 saya putuskan untuk menuju tukang pangkas rambut langganan saya. Kebetulan tukang pangkas rambut ini adalah tetangga yang sudah sangat akrab sekali dengan saya. Kami sama-sama satu kampung tapi berbeda gang dan beda wilayah administrasi RT/RW. Kami sangat akrab karena kami sering bertemu di majelis-majelis pengajian. Walaupun begitu hingga detik ini saya belum tahu siapa nama asli beliau. Teman-teman sering memanggil beliau dengan panggilan akrab—Pak Zen.
Sesampainya di tempat Pak Zen, saya langsung mengucapkan salam sambil berjalan masuk menghampiri jabatan tangan beliau. Beliau mempersilahkan saya antri dengan menyuguhi air mineral dan beberapa koran terbitan terbaru. Seketika saya langsung membolak-balik lembar demi lembar koran. Sedang asiknya saya membaca koran tiba-tiba terdengar teriakan.
Ayo, Luk!” Pak Zen memanggil, ternyata sudah giliran saya.
Reflek menoleh dan tangan saya otomatis melipat koran dengan lihai bahkan tanpa melihatnya. Saya langsung berdiri dan menuju kursi eksekusi rambut. Pak Zen langsung memasang rompi cukur ketika saya telah duduk. Pak Zen sangat hafal gaya rambut yang saya inginkan. Seketika terdengar suara mesin cukur.
Kata bapakmu, rambut kamu banyak yang rontok ya?” ucap Pak Zain sambil mengeluskan mesin cukur ke kepala saya.
Iya pak, kata bapak sih karena lambungku yang lagi bermasalah”
Memangnya lambungmu kenapa?” serius memandang kepalaku.
Asam lambungnya tinggi banget mungkin pak, soalnya tiap hari keruyukan terus walau udah makan banyak”
Ngomong aja kalau gampang lapar” Pak Zen meledek.
Beneran itu Pak” saya menyeru.
Bener-bener lapar! Rambut rontok itu ya karna stres lah”
Stres karna apa juga pak!” saya menegas.
Ya karna pengen nikah”
Gak kepikiran nikah cepet kok pak!”
Coba aja nikah, pasti rambutmu gak akan rontok.”

Walah, kalau dilanjutkan pasti tambah gak karuhan percakapan saya dengan Pak Zain. Dari percakapan saya dengan Pak Zain maka saya menyimpulkan kalau perawakkan saya ini terlihat sudah pantas kalau mau nikah. Hehe simple conclusion.

0 comments: