Hari ini, kamis 10 april 2014, Ku mulai hariku dengan sholat subuh, dan Aku pun juga melakukan aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan orang-orang pada umumnya setelah sholat subuh, walaupun telah mengerjakan sholat subuh di hatiku tetap merasa gelisah, karena Aku menyadari bahwa ada yang belum Aku kerjakan pada hari kemarin, Aku menyadari belum merangkum materi kuliah yang berjudul affixation pada mata kuliah morfologi. Hatiku pagi itu seolah memberi tanda, bahwa dosen pembimbing mata kuliah morfologi akan tidak absen dan akan menagih rangkumanku. "Hufss" bunyi suara nafasku yang keras, seolah nafasku berat pagi itu, Aku yakin penyebabnya bukan karena masih ngantuk, karena Aku menyadari ada ketakutan dipikiranku.
Niat datang pagi dan mencontek rangkuman milik teman-teman pun bermunculan bersamaan dengan rasa kebingungan. Tepat ketika aku melihat jam menunjukkan pukul 7.00 WIB pikiran yang takut ini tiba-tiba mengingatkanku dengan Mas Anam teman sekelasku. Tanpa sadar Aku berkata "Ah ke kos-kosanya Mas Anam saja, sekalian nyontek rangkuman." pada saat itu juga tangan kiriku reflek mengayuh HP di meja. Aku kirim sms pada Mas Anam untuk meminta izin datang ke kosnya. Pikirku Aku langsung mandi saja setelah sms, sambil menunggu balasan sms dari Mas Anam. Setelah mandi Aku bergegas meraih HP untuk melihat balasan sms dari Mas Anam. Dan ternyata tak ada satupun pesan masuk. Aku pencet-pencet HPku untuk mencari pesan masuk sekali lagi karena belum yakini. Dan memang tak ada satupun pesan masuk. Takut dan gelisah mulai merangkulku lagi saat Aku berkata dengan nada kesal "Mas Anam ini lagi ngapain sih."
Aku menunggu hingga pukul 7.45 WIB yang ternyata belum ada juga balasan sms dari Mas Anam, "menyebalkan" keluhku.
Karena sebelum mata kuliah morfologi ada jadwal kuliah profesi kependidikan pukul 8.00 WIB maka Aku putuskan untuk segera berangkat ke kampus saja. Sesampainya di kampus Aku langsung menuju kelas untuk menunggu teman-teman lain yang belum hadir, sekalian untuk mencari tempat duduk yang ideal untuk mencontek rangkuman morfologi. Aku langsung duduk setelah menemukan tempat duduk yang pas, tepat, aman dan nyaman. Karena Mas Sigit teman sekantorku pernah berkata "Posisi duduk menentukan prestasi" kalau dipikir-pikir benar juga sih hehe.
Ketika sedang nyaman duduk dengan kaki selonjor, tiba-tiba mataku tertuju pada Lismawati (anak transferan dari kampus lain yang ikut mata kuliah di kelasku) yang sedang lewat di sebelahku.
"Lis kamu sudah merangkum materi affixation?" dengan cepat Aku bertanya pada Lismawati.
Lismawati menoleh padaku, "sudah Luk" katanya.
Dengan cepat Aku bertanya lagi "Aku boleh pinjem gak?"
Dengan cepat Lismawati menjawab "gak boleh, Aku takut kalau rangkumanku ketahuan sama persis dengan milikmu."
Haduuuh, jawabanya membuatku semakin takut saja, sampai-sampai Aku berfikir tidak akan ada yang mau memberiku contekan dengan alasan yang sama.
Beberapa menit kemudian ada Yustina Nena (teman sekelasku dari Indonesia timur) yang baru masuk kelas.
"Selamat pagi semua" sapa Yustin kepada seluruh teman-teman di kelas.
Semua teman-teman menjawab sapaan itu termasuk Aku. HPku berbunyi tepat setelah Aku menjawab sapaan Yustin, tapi Aku tidak peduli karena hanya nada sms. Yustin nampak santai sekali, Aku yakin Dia sudah menyelesaikan tugas merangkum materi affixation. Aku berdiri dan menuju tempat duduknya, ketika Aku berjalan menuju tempat duduknya, Yustin menoleh padaku saat aku bekata "Yustin, Aku pinjam rangkuman affixationnya dong."
"Ya ampuuun Luk" kata Yustin.
Yustin membuka tasnya sambil bertanya "emang sampai mana rangkumanmu Luk?"
Sambil nyengir Aku menjawab "Aku belum mengerjakan sama sekali Yus."
"Ya ampuuun Luk, ngapain aja dari kemarin?" omelnya sambil menyerahkan beberapa kertas kepadaku.
"Keasikan baca novel Yus, Alur ceritanya lagi bagus" jawabku sambil nyelonong pergi ke bangkuku.
"Dasar Kau" kata Yustin dengan nada pelan.
Aku kembali kebangkuku dan mengeluarkan binderku, tanpa sadar mataku sedikit melotot bersamaan Aku menarik nafas dalam-dalam lewat mulut ketika Aku tahu bahwa yang harus dirangkum banyak sekali, apakah cukup waktu yang tersisah untuk menyalin semua rangkuman Yustin. Lagi-lagi Aku putus asa tapi tetap berusaha menulis, ketika sedang ngebut-ngebutnya menyalin tiba-tiba Vincentsius (ketua kelasku, berasal dari Indonesia timur) dengan suara yang sangat keras sekali berteriak "Hey, dosen mata kuliah profesi kependidikan tidak dapat hadir hari ini."
Seketika lega nafasku mendengarnya, itu artinya Aku punya waktu tambahan untuk menyalin rangkuman milik Yustin.
Setelah Vincentcius berteriak, Aku hanya serius menunduk untuk menyelesaikan rangkuman, tak terasa menulisku semakin cepat sekali, ketika sedang asik menyalin rangkuman datanglah Anisa (teman sekelas, anak jawa), beberapa saat kemudian datang Maidah dan Linda (teman sekelas, anak jawa). Mereka pasti duduk tidak jauh denganku, karena yang kami rasakan adalah Kami lebih nyaman dan nyambung jika duduk bergerombol sesama orang jawa (bukan egois ya, ini adalah masalah HAK ASASI MANUSIA, lagi pula kami juga bergaul dengan selain anak jawa dalam kategori sering). Masing-masing dari Mereka datang dengan ceria dan sedikit berisik, hemm tapi Aku lebih nyaman dan senang jika mereka terus seperti itu. Keceriaan ketiga wanita sahabatku ini rupanya karena sudah mengetahui bahwa dosen mata kuliah profesi kependidikan sedang tidak bisa hadir.
Mas Anam belum juga datang di tengah-tengah keceriaan Kami. Tapi Aku tak peduli, dengan semangat sekali Aku menyalin rangkuman affixation milik Yustine. Anisa dan Linda ternyata juga sedang bingung mencari contekan, mereka juga sedikit mencontek rangkuman milik Yustin namun hanya contoh-contohnya saja. Bedanya Mereka dengan Aku dalam masalah contek-mencontek adalah kalau mereka sudah mengerjakan 89% dan Mereka hanya mencontek yang perlu ditambahkan dalam rangkuman Mereka sendiri. Sedangkan Aku, 100% belum mengerjakan dan 100% nyontek. Jadi walaupun mereka baru datang, tapi dengan sekejap Mereka telah menyelesaikan rangkumanya.
Tiba-tiba "Luk coba lihat bentar lembar rankumanku yang pertama" kata Yustin sambil menepuk pundakku.
Aku serahkan semua rangkumannya kecuali lembar yang terakhir sambil berkata "tinggal halaman terakhir saja kok Yus."
"Cepat kali kau menulis?" kata Yustin dengan nada orang Indonesia timur sambil berlalu meninggalkanku.
Alhamdulilah yah sesuatu, akhirnya Aku berhasil menyelesaikan rangkuman materi affixation. Rangkuman Yustin juga sudah Aku kembalikan. Lega rasanya, seolah kehilangan beban banget. Kemudian Vincentcius berteriak lagi dengan dialek orang Indonesia timur "yang mau kumpul itu tugas structure dari Ibu Rita ke Saya sekarang eee."
Aku langsung kaget "looh ada tugas lagi?" kataku.
Beberapa saat setelah Vincentcius memberikan pengumuman. datanglah Mas Anam sambil berkata "tidak ada dosen toh?"
"Iya" jawab Anisa.
Singkat cerita, Aku dan Mas Anam mengerjakan tugas structure, kalau ketiga wanita teman saya ini sudah selesai mengerjakan tugas structure saat Aku sibuk merangkum tadi. Setelah mengerjakan tugas dan menyerahkanya kepada Vincent, rupanya ada kabar bahagia lagi, yaitu dosen morfologi juga tidak dapat hadir. Sumber kabar ketidak hadiran dosen ini dari kelas sebelah, yang memang dosen morfologi sedang tidak bisa hadir di kelas Mereka. Betapa senangnya seisi kelas, Aku saksikan banyak sekali muka merona kebahagiaan di kelasku, bahkan banyak yang sudah memutuskan untuk pulang, bahkan Linda juga mengajak Aku dan teman-teman yang lain untuk pulang. Tapi feelingku menyatakan ketidak benaran tentang kabar tidak hadirnya dosen morfologi itu. Aku buka tasku untuk mengambil novel, kulihat HPku disebelah novelku. Aku ingat sepertinya tadi ada SMS. Aku buka kunci tombol HP dan aku lihat pesan masuk. Ternyata SMS dari Mas Anam yang menyampaikan bahwa Mas Anam juga baru merangkum tadi pagi dan kemungkinan datang terlambat. Kebiasaanku dan Mas Anam jika ada sms selalu dibalas walaupun telat banget, lama, basi, penting atau bahkan sangat tidak penting. Aku balas sms Mas Anam dengan kata "Okey :)".
Walaupun Mas Anam ada di depanku, Aku wajib balas smsnya. Padahal tinggal ngomong langsung bisa, karena itu adalah aturan diantara Kami. Tak lama kemudian Mas Anam senyum sambil menoleh ke arahku karena telah melihat isi pesan masuk di HPnya.
Suasana bahagia menyelimuti kelas, tapi Aku tetap tidak tenang karena hatiku sejak tadi pagi menyatakan bapak dosen morfologi akan hadir. Aku lihat banyak teman-teman yang sudah keluar kelas. Lama-lama Aku pun juga ingin meninggalkan kelas, namun ketika Aku akan berdiri untuk keluar kelas, tiba-tiba Jefri sebagai ketua kelompok pemateri hari itu berkata "Kita presentasi sendiri saja, kalau ada pertanyaan yang tidak bisa Kami jawab, Kita tampung dulu dan Kita ajukan ke bapak dosen minggu depan."
"Okelah" batinku.
Semua teman-teman di luar kelas mulai banyak kembali masuk kelas karena ucapan Jefri.
Ketika presentasi yang di sampaikan sekitar 12%, tiba-tiba "Pak Munawir" nama dosen morfologi itupun banyak disebutkan oleh teman-teman sekelas dengan nada berbisik yang berisik. Feelingku nyata rupanya, terlihat dari kaca jendela kelas beliau berjalan menuju kelasku. Dosen morfologi itu pun masuk kelas dengan berjalan sangat santai sekali sambil sedikit mengerutkan dahinya. Saat itu pula Aku merasa nafasku semakin berat dan dihinggapi rasa takut walaupun Aku sudah merangkum. Saat itu Aku hanya memikirkan rangkumanku yang akan dikoreksi oleh Bapak Munawir akan diterima atau tidak.
Setelah mengumpulkan rangkuman dan dikoreksi oleh Bapak munawir, semua rangkuman dibagikan kembali dan yang rangkumannya tidak dikembalikan oleh Bapak Munawir maka Dia dalam masalah besar. Rangkuman yang tidak dikembalikan akan diintrogasi habis-habisan oleh Bapak Munawir. Waktu itu Aku lihat teman-teman sudah banyak yang menerima rangkumannya, termasuk Maidah, Anisa, Linda, dan Mas Anam. Banyak sekali raut muka syukur dan senang karena rangkumanya dapat mereka terima kembali. "Sial Aku hari ini" batinku, Aku semakin gelisa. Aku berkata pada Mas Anam dan linda "kayanya hari ini Aku kena deh". Dahiku mulai berkieringat dingin, bahkan kedua tanganku sudah gemetaran sambil memegang binder, pipiku serasa panas, dan seolah paru-paruku tak mampu menarik nafas panjang. Keadaan seakan mencekam bagiku.
Pak Munawir hanya diam dan melihat proses pembagian tugas rangkuman, Waktu itu Aku lihat Yustin sangat senang sudah menerima rangkuman miliknya. "kenapa rangkumanku tak di kembalikan ya? apa karena tulisannya jelek? apa karena tulisanku susah dipahami?" Aku bertanya-tanya dan menduga-duga dalam hati. Dalam suasana tangan gemetaran itu tiba-tiba Pak Munawir berkata santai. "Nama yang Saya panggil silahkan acungkan tangan dan tunjukkan kepada Saya rangkuman yang sudah Kalian terima kembali, jika belum menerima rangkuman kalian cukup berkata "belum menerima" saja, Paham?". "Paham Pak" Seluruh Kelas menimpali. Pak Munawir langsung membuka jurnal absensi dan memanggil mahasiswa dengan nomor urut pertama. Bersamaan dengan Pak Munawir memanggil Mahasiswa dengan nomor urut Pertama, wajahku sedikit memutih alami dan seolah terasa tidak ada darah mengalir dikedua kakiku.
ketika sudah semakin dekat dengan nomor urut absensiku serasa jantungku berdetak lemah. Tiba-tiba terasa pukulan dari belakang dikepalaku, dan . . . . . . . . . . . . .
Karena alasan tertentu Akan saya lanjutkan ketika semester 6 atau 7 . . . .
yang jelas this story just learn to make emotional karakter, to be continued, Assalamu'alaikum :)
cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, tempat, waktu dan juga cerita adalah hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Tapi kalau mirip banget maapin ane, ane gak sengaja. (︶_︶メ)