Rambut
saya waktu itu sudah sangat panjang sekali. Sekitar pukul 10:23 saya
putuskan untuk menuju tukang pangkas rambut langganan saya. Kebetulan
tukang pangkas rambut ini adalah tetangga yang sudah sangat akrab
sekali dengan saya. Kami sama-sama satu kampung tapi berbeda gang dan
beda wilayah administrasi RT/RW. Kami sangat akrab karena kami sering
bertemu di majelis-majelis pengajian. Walaupun begitu hingga detik
ini saya belum tahu siapa nama asli beliau. Teman-teman sering
memanggil beliau dengan panggilan akrab—Pak Zen.
Sesampainya
di tempat Pak Zen, saya langsung mengucapkan salam sambil berjalan
masuk menghampiri jabatan tangan beliau. Beliau mempersilahkan saya
antri dengan menyuguhi air mineral dan beberapa koran terbitan
terbaru. Seketika saya langsung membolak-balik lembar demi lembar
koran. Sedang asiknya saya membaca koran tiba-tiba terdengar
teriakan.
“Ayo,
Luk!” Pak Zen
memanggil, ternyata sudah giliran saya.
Reflek
menoleh dan tangan saya otomatis melipat koran dengan lihai bahkan
tanpa melihatnya. Saya langsung berdiri dan menuju kursi eksekusi
rambut. Pak Zen langsung memasang rompi cukur ketika saya telah
duduk. Pak Zen sangat hafal gaya rambut yang saya inginkan. Seketika
terdengar suara mesin cukur.
“Kata
bapakmu, rambut kamu banyak yang rontok ya?”
ucap Pak Zain sambil mengeluskan mesin cukur ke kepala saya.
“Iya
pak, kata bapak sih karena lambungku yang lagi bermasalah”
“Memangnya
lambungmu kenapa?”
serius memandang kepalaku.
“Asam
lambungnya tinggi banget mungkin pak, soalnya tiap hari keruyukan
terus walau udah makan banyak”
“Ngomong
aja kalau gampang lapar” Pak
Zen meledek.
“Beneran
itu Pak” saya
menyeru.
“Bener-bener
lapar! Rambut rontok itu ya karna stres lah”
“Stres
karna apa juga pak!”
saya menegas.
“Ya
karna pengen nikah”
“Gak
kepikiran nikah cepet kok pak!”
“Coba
aja nikah, pasti rambutmu gak akan rontok.”
Walah,
kalau dilanjutkan pasti tambah gak karuhan percakapan saya dengan Pak
Zain. Dari percakapan saya dengan Pak Zain maka saya menyimpulkan
kalau perawakkan saya ini terlihat sudah pantas kalau mau nikah. Hehe
simple conclusion.
0 comments:
Posting Komentar