Sabtu, 03 Mei 2014

Hati yang ingin damai

Sabtu, 3 mei 2014.
Ayah seorang mantan musuhku meninggal dunia hari ini, ayahnya seorang yang alim, fakih, dan sabar. Tapi aku pernah bermusuhan dengan anaknya, karena dia sering berbuat tercela dan meresahkan warga. Tapi itu sudah dulu sekali. Hari ini aku melayat dan turut berduka cita. Aku mensholati jenazah ayah mantan musuhku dan mengantarkan sampai pemakaman. Namun aku juga belum menjumpai mantan musuhku itu.

Setelah pulang dari pemakaman aku melihatnya baru datang bersama anak dan istrinya. Aku menuju ke arahnya.

"Luck" aku terkejut ketika dia menyapaku, padahal selama ini kami selalu saling acuh.
"Suf" sapaku balik padanya sambil berjawat tangan "Yang sabar suf, semoga allah memberikan hikmah yang barokah"
"iya, amin Luk"
aku merangkulnya dan berkata "Aku minta maaf Suf jika selama ini atau dulu aku punya salah sama kamu." Jujur, gerak gerikku dan kata-kata itu muncul secara spontan tanpa aku rencanakan. Seolah bergerak sendiri.
"Iya wes Luk, sama-sama, aku juga minta maaf"

Aku heran bahkan tidak percaya, kenapa aku berkata seperti itu. Seolah ada yang menguasai tubuhku selain diriku sendiri. Tapi yang terpenting adalah hari ini selesai sudah satu permasalahanku dengan dia, kami berpisah dengan kalimat salam. Cukuplah kematian sebagai pelajaran kita.

0 comments: