Alun-Alun Kota Malang

Alun-alun Kota Malang yang terus berbenah.

Gunung Banyak

Gunung Banyak lebih dikenal dengan nama Paralayang, Batu

Perhutani

Hutan Milik Perhutani Kab. Malang

Pelatihan SAR

Pelatihan dari tim tanggap bencana kota Malang

Jalan-jalan sore

Setelah seharian kuliah, kami putuskan untuk jalan-jalan sebentar.

Wisata Petik Jeruk

Di Wisata Petik Jeruk ini, pengunjung diperkenankan seperti pemilik kebun sendiri.

Terimakasih sudah berkunjung

Saya ucapkan terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, mohon maaf jika banyak kurangnya dalam blog ini. Saya sangat berharap kritik dan saran dari Anda.

Kamis, 20 November 2014

Mengapa Pelit?

Saya tidak bisa lupa dengan kejadian pada hari jumat, tanggal 14 November 2014, pukul 08:05.
Bukan karena saya sedang ulang tahun atau sedang merayakan suatu prestasi. Tapi, pada hari itu adalah pertama kalinya dalam sejarah saya diusir oleh seorang dosen. :)

Mungkin terdengar lucu, tapi apa hubunganya dengan judul tulisan saya ini? Memang sekilas tidak ada hubunganya sih hehe. Itu karena saya memang belum menyelesaikan cerita saya. Okey saya lanjutkan ceritanya (hehe maaf nih jadi curhat).

Jadi pagi itu saya melihat jadwal kuliah yang sudah saya catat dengan rapi di binder saya. Di catatan saya terjadwal pada hari jumat, tanggal 14 November 2014, pukul 08:10 ada mata kuliah English for Children. saya berangkat dengan semangatnya ke kampus pagi itu.

Saya sampai di kampus pukul 08:05, saya lansung menuju kelas. Dan tentu saya tidak telat sama sekali -- Pikir saya. Tapi, yang saya dapati adalah mata kuliah tersebut sudah akan berakhir dan seluruh teman saya mengikuti mata kuliah tersebut. Waw!

Saya tetap memohon izin untuk mengikuti mata kuliah tersebut dengan mengetuk pintu dan senyum takut.
"Loh, kenapa baru datang?!" tanya dosen saya ketika saya baru masuk beberapa langkah.
Saya hanya senyum karena bingung, karena seharusnya saya tidak telat, dan nyatanya saya sangat telat sekali.
"Ikut kelas berikutnya saja! Kelas ini mau selesai, biar tidak se-enaknya sendiri" Dosen saya melanjutkan perkataanya.
Saya hanya bisa pasrah dan kecewa dalam kondisi itu.

Yang saya kecewakan adalah kenapa hanya saya yang tidak tahu dengan adanya jadwal yang diubah dosen secara semena-mena itu?
Saya sangat paham bagaimana proses informasi di kelas saya menyebar. Pasti lewat SMS, BBM, FB, WA dll. Lalu kenapa hanya saya yang tidak mendapat info? Padahal nomor ponsel saya tidak pernah ganti dan bahkan banyak teman-teman di kelas yang mengetahui nomor ponsel saya.

Padahal saya selalu share info apapun seputar perkuliahan. Saya juga suka bersosialisasi dengan membantu teman yang membutuhkan bantuan saya. Kalau saya ada rizki walaupun sedikit pasti saya bagi. Pinjam uang pasti saya pinjami kalau saya punya dll.

Saya bukan mengungkit-ungkit, justru saya sedang introspeksi diri. kenapa hanya saya yang diperlakukan seperti itu? kenapa saya tidak mendapat info apapun?

Yang lebih saya sesalkan adalah teman akrab saya malah menyalahkan saya karena saya tidak memakai BB atau Smart Phone. Saya tanyakan kepda teman akrab saya, memang salahnya apa kalau tidak pakai BB atau Smart Phone? Dan jawabanya sangat mengejutkan saya.
"SMS kan mahal" katanya dengan nada santai.
Masyaallah, padahal saya sering membantunya tanpa menyatakan mahal atau murah. Berapapun yang mereka perlukan, saya pasti bantu kalau saya mampu. Saya tidak pernah mengungkit-ungkit mahal atau murah kepada semua teman saya.

Pertanyaan saya selanjutnya, berapa harga satu SMS termahal? Seribu Rupiah kah? atau Lima Ribu Rupiah? Karena setahu saya harga satu SMS termahal adalah hanya Rp. 450,-

"Kemana teman saya yang satu ini? Kok belum datang ya? Sudah tahu infonya apa belum yah?" itu adalah pertanyaan yang seharusnya ditanyakan oleh teman-teman akrab saya kepada dirinya sendiri.
Bukan malah santai dan acuh!

"Mengapa mereka pelit?" itu adalah pertanyaan saya kepada tuhan ketika selesai sholat dhuhur.
Sekarang, kejadian itu sudah berlalu seminggu dari saya menulis artikel ini. Dan belum ada kata maaf apapun dari mereka.

Ckckck hemm
#predikat teman baik kah?

Senin, 03 November 2014

Kisah dibalik lagu Nina Bobo


“Nina bobo oh nina bobo/kalau tidak bobo digigit nyamuk ...” 

Siapa yang tak mengenal bait lagu pengantar tidur ini? Tak hanya di Indonesia, lagu yang pernah dipopulerkan pertama kali oleh Anneke Grönloh dan Wieteke van Dort ini juga begitu melegenda di negara-negara lainnya. Tapi tahukah anda, dibalik kepopuleran bait lagu nan sederhana itu tersimpan kisah mistis terkait asal usul lagu tersebut. Menurut cerita beberapa versi mengatakan bahwa lagu Nina Bobo lahir dari nama seorang gadis bernama Nina.

Dalam sebuah versi disebutkan bahwa lagu Nina Bobo ini diciptakan oleh seorang wanita Jawa bernama Mustika untuk anaknya yang bernama Helenina Mustika Van Rodjnik, hasil pernikahannya dengan seorang pria Belanda bernama Van Rodjnik. Helenina yang konon lahir pada tahun 1871 itu kerap kali mengalami insomnia alias sulit tidur. Untuk membuat Nina terlelap, Mustika kemudian bersenandung kecil untuk menenangkan gelisah Nina, hingga akhirnya Nina pun terlelap tidur.

Menjadi sugesti, Nina bahkan kemudian tak bisa tidur jika tidak mendapat senandung kecil dari sang Ibu.  Hal tersebut membuat sang ayah, Kapten Van Rodjnik meminta istrinya, Mustika untuk membuatkan lirik dari lagu tersebut agar lebih menarik untuk dinyayikan. Sejak saat itu setiap malam Mustika kemudian menyanyikan lagu nina bobo seperti yang kita kenal sekarang untuk mengantarkan Nina tidur.

Sayangnya, hidup Nina usai di umurnya yang menginjak 6 tahun. Nina jatuh sakit dan meninggal dunia. Sejak kematian Nina, kejadian aneh pun mulai terjadi. Van Rodjnik  kerap kali mendengar Mustika menyanyikan lagu ini. Kepada suaminya, Mustika mengaku sering kali mendengar Nina sedang menangis karena tidak bisa tidur dan minta dinyanyikan lagu ini. Sejak saat itu pula, tak terhitung berapa kali Mustika menyanyikan lagu ini, hingga akhirnya ajal menjemput Mustika.

Sejak kematian Mustika, Van Rodjnik pun mengalami hal serupa, kerap kali dalam pandangannya, ia mendapati Nina sedang menangis dan memintanya untuk mendendangkan lagu ini untuk tidur. Awalnya, Van Rodjnik tidak mempedulikannya, sampai suatu ketika Van Rodjnik didatangi arwah Nina yang memintanya menyanyikan lagu nina bobo. Sejak malam itu hingga akhir hayatnya, Van Rodjnik pun sering kali menyanyikan lagu ini.


__________________________________________________

Dalam cerita lainnya, disebutkan lagu Nina Bobo ini juga merupakan karangan seorang ibu dari gadis bernama Nina Van Mijk yang dikenal sebagai keluarga musisi yang hijrah ke Indonesia. Kehidupan keluarga Nina awalnya baik saja, sampai ketika Nina sering kali mengalami hal aneh dimana tubuhnya tiba-tiba akan terlipat kebelakang seperti posisi kayang, pun wajahnya menjadi sangat menyeramkam.

Kejadian aneh yang hampir tiap malam terjadi itu membuat ayah Nina memutuskan untuk meninggalkan Nina dan ibunya di Indonesia. Singkat cerita disuatu malam, sang ibu mendapati Nina sangat ketakutan di kamarnya. Nina kemudian meminta ibunya untuk mendendangkan sebuah lagu untuk membuatnya terlelap tidur. Dengan kasih sayangnya, sang ibu menyanyikan lagu Nina Bobo karangannya itu. Tragisnya, baru saja lagu itu usai didendangkan, sang ibu mendapati Nina sudah tak bernyawa lagi dalam pelukannya.

Berangkat dari peristiwa tragis itu, sebagian orang percaya bahwa jika kita menyanyikan lagu Nina Bobo ini pada seorang anak, maka arwah Nina akan datang dan menjaga sang anak tetap tidur dengan lelap sepanjang malam

Sumber: sayangi.com