Alun-Alun Kota Malang

Alun-alun Kota Malang yang terus berbenah.

Gunung Banyak

Gunung Banyak lebih dikenal dengan nama Paralayang, Batu

Perhutani

Hutan Milik Perhutani Kab. Malang

Pelatihan SAR

Pelatihan dari tim tanggap bencana kota Malang

Jalan-jalan sore

Setelah seharian kuliah, kami putuskan untuk jalan-jalan sebentar.

Wisata Petik Jeruk

Di Wisata Petik Jeruk ini, pengunjung diperkenankan seperti pemilik kebun sendiri.

Terimakasih sudah berkunjung

Saya ucapkan terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, mohon maaf jika banyak kurangnya dalam blog ini. Saya sangat berharap kritik dan saran dari Anda.

Kamis, 17 November 2016

Primpen Vs Deficit

Kata orang (lebih tepatnya teman sih) dengan menulis dapat menjernihkan kepala yang sumpek. Jadi saya menulis tulisan ini deh. Siapa tahu bisa jernih beneran (walaupun sebenarnya emang doyan nulis)
Ceritanya abis jum’atan nih. Mumpung masih bersih, rapi, dan wangi. Sepulang jum’atan saya putuskan untuk mampir ke Kampus dulu deh. Semenjak semester akhir saya sangat jarang bahkan tidak pernah mengunjungi kampus.
Sesampai di Kampus, saya melihat fenomena “Campus Seldom event”, yaitu kejadian-kejadian yang sangat jarang terjadi di Kampus saya. Saya melihat banyak terop nikahan yang didirikan berbaris-baris memanjang menutupi muka kampus dan ternyata sampai wilayah dalam kampus (Btw bahasa indonesianya terop tuh apa sih? . . . hehe). Manusia bernama mahasiswa pun sangat banyak berkeliaran tidak seperti biasanya. Sempat saya menduga bahwa pasti ada acara anak rektor lagi nikahan di Kampus.
Saya ngobrol dengan tukang parkir langganan saya.
Ya ampuuun, Rame banget nih kampus, cak” (maksud saya ramenya gak kaya’ biasanya).
Wisuda Luck!” sahut tukang parkir.
Loh, berarti wisudanya anak-anak angkatanku, cak!
Gak tau luck, pokoknya angkatan 2012
Iya cak, itu anggkatanku” sambil lari ngacir menuju kantor jurusan.
Saya betul-betul tidak tahu kalau ankatan saya sudah harus wisuda. Sesampainya di Kantor kajur. Saya memeriksa dengan seksama papan pengumuman. Dan berdasarkan papan pengumuman yang saya rabah-rabah (untuk memastikan nama saya tertera) ternyata saya adalah salah satu mahasiswa yang diputuskan oleh dekan harus melakukan wisuda pada gelombang pertama.
***
Karena saking bingungnya saya bertanya banyak hal mengenai acara wisuda gelombang satu kepada semua teman-teman dan orang-orang yang baru saya kenal. Saya bertanya mulai syarat ikut wisuda, kelengkapan berkas, beberapa format-format, dll. Hufs, Syukurlah saya sudah nyiapkan semua berkas-berkas untuk kelenkapan wisuda. Padahal saya tidak tahu apa saja berkas yang harus saya siapkan. Baru ngeh fungsi primpen (primpen bahasa indonesianya naon teh?).
Alhamdulillah, saya bisa melengkapi semua keharusan untuk mengikuti wisuda gelombang pertama—Iya, semua!—Kecuali bayar biaya wisudanya ._. (please let me alone). Untuk urusan kelengkapan administrasi yang satu ini ujung-ujungnya saya harus menunda wisuda gelombang pertama dan mengikuti gelombang berikutnya.
Nb: serasa percuma punya sifat primpen kalau harus deficit terus . Segini saja lah nulisnya, jadi baper kepikiran deficit. T.T Belum lagi teriakan-teriakan para pembaca setia blog saya tentang ketidak pahaman mereka dengan kata-kata Primpen dan Terop. Sampai di sini dulu ya readers, thanks for read. Sampai jumpa ditulisan-tulisan tidak penting saya berikutnya.
Udah deh, gak usah ngeyel tanya artinya Primpen dan Terop. :p udah dipamitin juga.

Assalamu’alaikum.



Pengajar Antipati

kita mungkin pernah nemu jenis dosen yang kayak gini, yang dalam keadaan sadar atau ga sadar minta menangnya sendiri. Bahkan seperti lupa perna menjadi mahasiswa.
A : Kamu itu Mahasiswa! Ada “maha”nya. Seharusnya kamu itu !@#$%/?^&*...etc
B : Iya, Bu. Mau saya tadi begitu. Tapi ternyata mesin printnya ngadat, belum lagi macet dan ujan, jilidnya antri .....etc
A : Alah, Gak usah banyak alasan kamu, kan semua itu bisa direncanakan toh!
B : ._. (Tetap Tuhan penentunya, Bu)

Kadang ada juga yang horor.
A : Kamu kurang ini, ini, dan ini. Seharuusnya kamu begini, begini, begini....ect.(Komplit). Segera revisi biar gak lupa!
B : Iya Bu, pasti langsung saya revisi.
(A few minutes, after revision)
B : Sudah selesai, Bu. (dengan PDnya)
A : Loh, kok begini. Siapa yang nyuruh kamu ngerjain kaya gini? Saya gak pernah ajarkan seperti ini, kan? Kamu revisi lagi!
B : ´(_)` (suprised! Kaget, dan Merinding. Sambil berbisik ke teman sebelah) Bro, beberapa menit lalu elu liat wanita yang lagi bicara ama gue gak?.

Ada juga yang judes.
A : Kamu itu kurang belajar dan berusahanya. (karna satu kesalahan langsung main justifikasi)
B : oh Itu, soalnya tadi ....
A : Gak usah curcol kamu! (langsung memotong pembicaraan)
B : (^) cry, menangis
Siapa sih yang mau salah? Kita sudah berusaha banget padahal. Cuma satu kesalahan seolah salah total.
Sebagai mahasiswa terkadang kita tidak tidur, lupa sarapan, lari-larian, ngantri, dll untuk memperjuangkan kemauan dosen. Tapi dosen tak pernah mau tau duka mahasiswanya. Sedangkan setiap kali dosen berbuat salah hanya berkata
Maaf ya, saya sedang ada urusan. (padahal cuma lagi liat youtube di Kantornya)
Maaf, saya kemarin lupa. (Padahal sudah 2 minggu menyerahkan proposalnya)
Maaf, saya tidak bisa hari ini. (Padahal cuma lagi mainan HP sampai sore)
Maaf, saya sedang keluar kota. (Padahal barusan kepergok 2 kali di Kampus)
Pasal berapa? PERDA yang mana? atau Undang-undang butir keberapa? yang mengatur ketidak adilan ini? Mahasiswa harus pengertian kepada dosen dan dosen tidak perlu pengertian kepada mahasiswa. Dosen selalu benar dan mahasiswa selalu salah.
Allah menitipkan kisah untuk setiap hambanya itu gak selalu sama. Karena itu semena-mena terhadap orang lain juga tidak selalu tepat. Sehingga Allah menciptakan yang namanya empati, untuk digunakan saat mendengar celetukan curcol saudara kita. Beberapa dari mereka bahkan tidak butuh solusi atau nasihat, terkadang mereka cuma butuh empati. Toh empati itu Allah kasih ke kita gratis, ketika kita memberi empati ke orang lain pun tidak lantas membuat kita miskin.

Wallahu Alam




Amanah Guru Dalam Menghadapi Hari Esok

Kekuasaan adalah amanah dari allah, kekuasaan apapun itu! Salah satunya adalah menjadi seorang pendidik atau guru. Karena seorang pendidik adalah orang yang diberi kekuasaan oleh allah. Kekuasaan apa? yaitu bisa sedikit menentukan nasib seseorang. menentukan nasib? Mungkin terdengar berlebihan kan!? Tapi itulah kurang lebih ucapan salah seorang dosen saya. Kalimat bercetak tebal di atas memang tidaklah berlebihan sama sekali. Karena ucapan pendidik bisa mengubah cara pandangan anak didiknya seumur hidupnya. Kalau kata orang Jawa GURU adalah singkatan dari di Guguh dan ditiRU. Hebat sekali, kan pendidik itu . Tidak sampai di situ saja loh. Pendidik juga bisa menentukan nasib anak didiknya melalui administrasi. Yup, melalui nilai akademik dan non akademik siswa.
Sahabat saya (kebetulan seorang pendidik) pernah berkata “goresan pena pendidik adalah goresan nasib dari tuhan.” Seram, kan! Kenapa demikian? seorang anak didik bisa naik kelas atau tinggal kelas karena goresan pena pendidik, seorang anak didik bisa diterima atau tidak di Perguruan tinggi juga karena goresan pena pendidik, seorang anak didik bisa diterima atau tidak pada suatu pekerjaan juga karena goresan pena pendidik, berkat goresan pendidik peradaban bangsa bisa berubah.
Dikarenakan seorang pendidik sangat besar amanahnya untuk sebuah peradaban, maka seorang pendidik sangat perlu mempelajari ilmu-ilmu tentang keguruan dan pendidikan. Hal ini diperlukan karena setiap pendidik itu memiliki psikologi berbeda-beda. Sebenarnya hal yang mendorong saya untuk menulis tulisan ini adalah saya merupakan salah satu korban pendidik yang tidak memahami pendidikan. Sebab kesalahan mendidik bisa berakibat fatal karena sasaran pendidikan adalah manusia. Dampak pendidik yang tidak mengenal ilmu pendidikan adalah lebih mendahulukan ego, pilih kasih, banyak curhat saat di kelas (padahal laki-laki), minta menangnya sendiri, mengajar sesukahati, mengajar hanya untuk absen, kadang yang lebih parah lagi adalah memusuhi anak didiknya, dll.
Tujuan pendidikan adalah memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan akan menyiapkan peserta didik yang memasuki masyarakat di masa depan. Oleh sebab itu, keputusan dan tindakan dalam bidang pendidikan seharusnya berorientasi ke masyarakat masa depan tersebut.


#Kill_LkmHakim





Tidak Tahu Keguruan dan Pendidikan

Pernahkah anda menjumpai pengajar yang tidak mengerti tentang ilmu keguruan dan ilmu pendidikan? Saya yakin sebagian dari anda pernah menjumpainya. Dan pengajar seperti ini sangat tidak layak untuk mengajar. Kebanyakan dari mereka adalah para lulusan murni yang tidak pernah memahami tentang Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Saya pernah mendengarkan ucapan salah seorang dosen saya yang tidak memahami keguruan dan pendidikan, beliau berkata kurang lebih seperti berikut.
ilmu keguruan dan ilmu pendidikan itu tidak penting dipelajari, karena keadaan kita setiap mengajar sangat berbeda dengan buku. Saya beri sedikit contoh, ada pasien ‘A’ sakit panas. Oleh dokter diberi obat jenis ‘Z’ dan cocok. Kemudian ada pasien B sakit panas juga, oleh dokter diberi obat jenis ‘Z’ ternyata tidak cocok! Padahal menurut buku harusnya cocok. Jadi tidak perlu dipelajari kan! Cukup kondisional saja.”
Entah beliau sadar atau tidak, semua mahasiswa yang beliau ajar adalah mahasiswa keguruan dan jelas mereka mempelajari ilmu pendidikan. Alhasil sebagian mahasiswa ada yang senyum kecut, mengernyitkan dahi, berbisik ke teman sebelah, pandangan kosong (mungkin karna percaya dengan ucapan dosen dan berpikir kesia-siaannya belajar ilmu pendidikan), dll. Pada pertemuan selanjutnya teman-teman saya hanya masuk kuliah untuk menggugurkan kewajiban memenuhi SKS saja. Lalu apa yang teman-teman saya lakukan di kelas? Setahu saya hanya melamun, main HP, dan lain-lain sesuai dengan kekreatifan teman-teman saya menghibur diri di kelas.
Terserah anda mengasumsikan cerita nyata di atas. Yang jelas cara mengajar mereka acak-acakan, tidak paham harus memulai dari mana untuk mengajar, muter-muter sesuai dengan pemahamannya sendiri tanpa sadar tugasnya adalah memahamkan mahasiswanya, banyak curhat tentang kehebatanya, keluarganya, anaknya yang pada intinya tidak ada hubunganya dengan mata kuliah, dll.
Dan ada satu kelakuan yang sangat tidak dibenarkan dalam dunia pendidikan dan sangat harus di hindari oleh para pengajar yaitu Like-Dislike atau bahasa kerennya pilih kasih. Pernah dengar slogan iklan parfum “awalnya begitu memukau, selanjutnya terserah anda.” Inilah sifat yang pasti dimiliki oleh orang-orang yang tidak pernah mengenyam ilmu keguruan dan ilmu pendidikan. Mereka (yang tidak tahu ilmu keguruan dan ilmu pendidikan) pasti tidak bisa obyektif, menilai kemampuan siswa dengan tidak murni. Karena kecampuran dengan perasaan ː̗(^^)ː̖ (cie perasaan). Mahasiswa yang berjurusan pendidikan pasti sangat mudah menghadapi pengajar seperti ini. Cukup dengan jangan absen dan sok peduli. Gampang kan! Nilai pasti jaminan bagus deh. Pasti! Saya sudah buktikan berkali-kali.
Guru/Dosen adalah orang tua kedua bagi siswanya. Maka jangan sampai pengajar malah mengibarkan bendera perang dengan anak didiknya. Pendidikan ini tidak akan menjadi baik dengan pengajar yang mengajak bermusuhan atau mempermalukan anak didiknya.


#Kill_LkmHakim.